Filosofi Tanaman Jagung

Di kisahkan ada seorang petani jagung yang memiliki bibit jagung unggul yang teramat sangat baik. Tanaman jagung yang ia miliki telah membawa-nya menjadi pemenang kontes perlombaan hasil pertanian selama beberapa tahun.

Pada suatu hari, seorang wartawan datang mewawancarai petani tersebut dengan tujuan untuk mengetahui rahasia sukses di balik hasil pertanian-nya tersebut. Namun, petani tersebut mengaku tidak memiliki rahasia khusus, ia menjelaskan bahwa ia selalu membagi-bagikan bibit jagung unggul-nya tersebut kepada para tetangga di sekitar-nya. Mengetahui akan hal tersebut, sang wartawan menjadi bingung dan bertanya, "Bukankah mereka juga mengikuti kontes hasil pertanian ini juga setiap tahunnya !? Apakah anda tidak khawatir akan hal tersebut ??"

Mendengar akan pertanyaan tersebut, petani tersebut tersenyum dan berkata, "Tahukah anda bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Jadi bisa anda bayangkan apabila tanaman jagung para tetangga saya memiliki kualitas yang buruk, tentu akan menurunkan kualitas tanaman jagung saya pula. Oleh karena itu, saya harus menolong para tetangga saya supaya memiliki kualitas tanaman jagung yang baik."

Bahan Perenungan :
Belajar dari cerita di atas, demikian kita pun seharusnya berperilaku seperti sang petani di dalam keseharian kita. Alangkah baiknya, apabila kita pun boleh hidup berbagi (hal baik tentunya) dengan setiap orang yang berada di sekitar kita setiap saat. Seperti angin yang menerbangkan dan menebarkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak ke setiap ladang di sekitarnya, demikian setiap hal yang kita tabur di dalam hidup kita ini. Apabila kita menabur segala hal yang baik, maka kita pun akan memiliki ladang yang baik dan di kemudian hari boleh menuai hasil ladang yang baik pula, demikian pula sebaliknya apabila kita menabur segala hal yang buruk, maka kita pun akan memiliki ladang yang tidak baik dan di kemudian hari akan menuai hasil ladang yang tidak baik pula.

Mulai saat ini, Yuk...Mari kita mulai menabur segala hal yang baik dengan melakukan dan memberikan segala hal yang terbaik yang bisa kita lakukan dan berikan bagi setiap orang yang berada di sekitar kita even hanya sebuah senyuman yang tulus, sehingga kita boleh memiliki ladang yang baik dan di kemudian hari boleh memiliki hasil ladang yang baik pula... ^_^

Kisah Seekor Tikus

Alkisah ada sepasang suami-istri petani pulang ke rumah setelah usai berbelanja. Ketika mereka membuka dan membongkar barang belanjaan mereka, dari kejauhan seekor tikus memperhatikan mereka dengan seksama sambil bergumam, "Hmm...Makanan apakah yang mereka bawa dari pasar ?!"

Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa salah satu barang yang di beli oleh sang petani adalah sebuah perangkap tikus. Ia pun segera berlari keluar rumah menuju kandang ayam sambil berteriak, "Ada perangkap tikus di rumah !! Ada perangkap tikus di rumah !!". Ia mendatangi seekor ayam dan berkata, "Ada perangkap tikus di rumah !!". Sang ayam pun dengan tenang berkata, "Tuan tikus, aku turut bersedih, tetapi perangkap tikus itu tidak berpengaruh terhadap diri-ku."

Lalu ia pun kembali berlari dan sambil berteriak menuju kandang kambing, "Ada perangkap tikus di rumah !! Ada perangkap tikus di rumah !!". Ia mendatangi seekor kambing dan berkata, "Ada perangkap tikus di rumah !!". Sang kambing pun bersimpati dan berkata, "Aku turut bersimpati, tetapi maaf, tidak ada yang dapat aku lakukan."

Lalu ia pun kembali berlari dan sambil berteriak menuju kandang sapi, "Ada perangkap tikus di rumah !! Ada perangkap tikus di rumah !!". Ia mendatangi seekor sapi dan berkata, "Ada perangkap tikus di rumah !!". Sang sapi pun tertawa dan berkata, "Maafkan aku, tetapi perangkap tikus yang kecil itu sama sekali tidak berbahaya untuk diri-ku."

Kemudian ia pun kembali berlari dan sambil berteriak menuju hutan, "Ada perangkap tikus di rumah !! Ada perangkap tikus di rumah !!". Ia mendatangi seekor ular dan berkata, "Ada perangkap tikus di rumah !!". Sang ular pun mencibir dan berkata, "Ahh...Perangkap tikus yang kecil itu tidak akan bisa mencelakakan diri-ku !!"

Mendengar semua jawaban itu dan menyadari bahwa ia akan menghadapi bahaya tersebut sendirian, ia pun kembali ke rumah dengan pasrah.

Pada suatu malam, sang petani terbangun mendengar suara perangkap tikus yang di pasang-nya berbunyi, menandakan perangkap tikus yang mereka pasang mendapatkan korban. Mereka pun bergegas dan menemukan seekor ular berbisa terjebak di sana. Sang ular dengan ekor yang terjepit perangkap tikus tersebut, menjadikan diri-nya semakin ganas dan menyerang sang istri. Walaupun sang suami berhasil membunuh sang ular tersebut, akan tetapi sang istri sempat tergigit dan teracuni oleh bisa sang ular.

Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, sang istri di perbolehkan untuk pulang. Namun setelah beberapa hari kemudian, demam yang di derita sang istri tidak kunjung sembuh. Atas saran dari tetangga-nya, sang suami membuatkan sup ayam untuk menurunkan demam sang istri. Bukannya membaik, demam sang istri semakin hari justru semakin tinggi. Atas saran dari seorang teman-nya, sang suami menyembelih kambing-nya untuk mengambil hati-nya untuk di berikan kepada sang istri. Akan tetapi, demam yang di derita sang istri tidak membaik dan pada akhir-nya sang istri pun meninggal. Saat pemakaman sang istri, begitu banyak orang yang datang, sehingga sang petani memutuskan untuk menyembelih sapi-nya untuk memberi makan setiap orang yang datang melayat.

Dari kejauhan, sang tikus hanya dapat melihat dengan penuh kesedihan.

Bahan Perenungan :
Pada cerita di atas, mungkin kita bisa melihat sang tikus yang begitu kebingungan lari kesana-kemari dengan harapan untuk memperoleh bantuan dari yang di temui-nya, akan tetapi tidak ada yang membantu-nya, lebih lagi ia malah di tertawakan dan di cemo'oh. Namun begitulah kita, sering kali kita memperlakukan mereka yang datang mengharapkan bantuan dari diri kita dengan cara yang serupa. Sering kali pula kita membantu orang lain dengan terlebih dahulu melihat apakah permasalahan yang mereka hadapi adalah permasalahan kita atau bukan ? Jika bukan, maka kita menolak untuk membantu-nya.

Sadarilah, bahwa segala hal yang kita miliki adalah berkat dari Allah Bapa kita. Allah Bapa kita memberi kita berkat melimpah bukanlah untuk kita pergunakan sendiri, melainkan Allah Bapa kita percayakan untuk kita bagikan dengan saudara-saudara kita, dengan setiap orang yang berada di sekitar kita, terutama sekali bagi mereka yang sangat membutuhkan-nya.

"...10 hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara..." ~ roma 12 : 10

Yuk...Mari kita membagi berkat dan membuka hati lebih lagi bagi saudara-saudara kita, terutama bagi mereka yang membutuhkan-nya. ^_^

4 Buah Lilin

Alkisah ada 4 buah lilin yang menyala menerangi setiap sudut sebuah ruangan pada sebuah rumah. Pada suatu hari, dalam keheningan malam, terdengarlah percakapan di antara keempat lilin tersebut :

Lilin Pertama : "Aku adalah Damai !! Namun, manusia tidak mampu menjaga aku. Akan lebih baik jika aku padamkan saja diri-ku".

Maka, secara perlahan lilin pertama ini pun padam.

Lilin Kedua : "Aku adalah Iman !! Sungguh kasihan diri-ku, manusia tidak ingin mengenal-ku. Oleh karena itu, apa gunanya diri-ku tetap menyala !?".

Maka, secara perlahan lilin kedua ini pun padam.

Lilin Ketiga : "Aku adalah Cinta !! Aku tidak mampu lagi bertahan untuk tetap menyala, bagaimana tidak ?! Manusia tidak lagi memandang diri-ku, manusia saling membenci, bahkan yang begitu mencintai mereka pun mereka benci".

Maka, seketika itu juga lilin ketiga ini pun padam.

Tanpa terduga, seorang anak kecil pemilik rumah tersebut pun masuk ke dalam ruangan tersebut. Melihat kondisi ruangan yang remang-remang dan karena takut akan gelap, sang anak pun berjongkok dan mulai menanggis. Melihat akan hal tersebut, maka lilin keempat pun merasa terharu dan berkata, "Jangan takut dan janganlah engkau menanggis, selama aku masih ada dan menyala, kita dapat menyalakan ketiga lilin lainnya ! Akulah Harapan !!"

Bahan Perenungan :
Dalam keseharian kita, sering kali permasalahan hidup yang datang silih berganti membuat kita jatuh terpuruk, kalah dan menyerah. Namun, apakah ini yang Allah Bapa kita harapkan ? Jika tidak demikian, mengapa permasalahan-permasalahan tersebut ada di dalam hidup kita ?

Satu hal yang pasti yang kita ketahui adalah Allah Bapa kita sungguh mencintai dan menyayangi kita, setiap permasalahan yang boleh ada dan boleh kita alami di dalam hidup kita adalah anugerah daripada-Nya untuk membantu kita menjadi lebih dewasa, untuk memproses kita supaya kita boleh menjadi mutiara-mutiara yang indah nan cemerlang.

Hidup adalah pengharapan tiada henti, untuk memperoleh pengharapan yang baik dan benar, kita harus memperolehnya dari sumber pengharapan yang sejati, yaitu Allah Bapa kita. Pengharapan memampukan kita untuk menghadapi setiap permasalahan di dalam hidup kita.

Oleh karena itu, apapun permasalahan hidup kita saat ini, kita mau kembali bangkit, kembali berdiri dan kembali melangkah dengan oleh karunia pengharapan yang telah di karuniakan-Nya pada diri kita. Dan bersama dengan karunia pengharapan yang telah kita terima dan miliki, kita nyalakan kembali setiap karunia yang telah di sediakan dan di berikan-Nya bagi kita, sehingga jalan kita terang dan kita pun dapat melangkah dengan pasti !! ^_^

Kisah Seorang Pengembara

Pada suatu ketika, hiduplah seorang muda yang sangat bersemangat dan gemar mengembara. Mendengar akan keindahan suatu tempat yang berada di tengah-tengah pegunungan, ia pun pergi mengembara untuk mendatangi tempat tersebut. Setelah berjalan selama 3 hari lamanya, ia pun sampai pada kaki gunung dari tempat yang di maksud. Melihat hari yang sudah menjelang malam, ia pun berinisiatif untuk bermalam dan mempersiapkan diri-nya untuk perjalanan panjang menuju puncak gunung tersebut esok harinya.

Pada keesokan harinya, pagi-pagi benar ia pun melanjutkan perjalanan-nya menuju puncak gunung tersebut. Setelah berjalan selama 3 jam, ia pun melihat hamparan krikil tajam di depan-nya. Ia melihat sekeliling, namun tidak menemukan jalan lain. Ia pun berhenti sejenak untuk berpikir, "Apakah yang harus aku lakukan, ini adalah jalan satu-satunya menuju tempat yang hendak aku tuju ?! Apabila aku terus berjalan, pastilah kerikil-kerikil tajam tersebut akan melukai telapak kaki-ku. Namun, tidak mungkin juga aku kembali setelah berjalan sejauh ini !!". Akhir-nya, ia pun membulatkan tekad-nya yang semula dan melanjutkan perjalanan-nya melalui jalan yang berkerikil tajam tersebut dengan berlari. Tidak berapa lama, ia pun berhasil melintasi jalan yang berkerikil tajam tersebut. Ia pun berhenti untuk memeriksa apakah ada luka pada telapak kaki-nya. Ketika ia memeriksa telapak kaki-nya, ia pun merasa heran karena tidak ada luka maupun rasa sakit pada telapak kaki-nya. Melihat akan hal tersebut, ia pun bangkit berdiri dan berkata pada diri-nya, "Betapa hebat-nya diri-ku ini, kerikil-kerikil tajam pun tidak bisa melukai diri-ku !!".

Lalu ia pun melanjutkan perjalanan-nya. Setelah berjalan selama 5 jam, ia pun melihat semak belukar yang sedemikian rapat di depan-nya. Ia melihat sekeliling, namun tidak menemukan jalan lain maupun benda yang dapat di pergunakan-nya untuk melindungi tubuh-nya dari semak belukar tersebut. Ia pun berhenti sejenak dan kembali berpikir, "Apakah yang harus aku lakukan, ini adalah jalan satu-satunya menuju tempat yang hendak aku tuju ?! Apabila aku terus berjalan, pastilah semak belukar tersebut akan melukai seluruh tubuh-ku !!". Mengingat akan peristiwa sebelumnya yang ia lalui, berkatalah ia pada diri-nya, "Hmm...Kerikil-kerikil tajam mampu aku lalui dengan mudah dan tanpa luka, pastilah semak belukar ini juga dapat aku lalui dengan mudah !!". Kemudian ia pun mempersiapkan diri-nya, mengambil posisi berlari dengan kedua tangan di depan wajah-nya untuk melindungi wajah-nya ketika ia menerobos semak belukar tersebut dan melanjutkan perjalanan-nya melalui semak belukar tersebut dengan berlari. Tidak berapa lama, ia pun berhasil melintasi semak belukar tersebut. Ia pun berhenti untuk memeriksa apakah ada luka pada sekujur tubuh-nya. Dan benarlah apa yang ia pikirkan, ia tidak menemukan sebuah luka pun bahkan luka goresan pada tubuh-nya maupun sebuah sobekan pada pakaian-nya. Melihat akan hal tersebut, ia pun bangkit berdiri dan berkata pada diri-nya, "Betapa hebat-nya diri-ku ini, semak belukar pun tidak bisa melukai diri-ku !!".

Lalu ia pun melanjutkan perjalanan-nya. Menjelang senja, ia pun hampir sampai pada tempat yang ia tuju. Namun untuk dapat melihat tempat tersebut, ia harus memanjat jajaran batu-batu besar dan tinggi. Ia pun berhenti sejanak dan kembali berpikir, "Tempat yang aku tuju ada di balik batu-batu ini, namun batu-batu ini sedemikian besar dan tinggi, apabila aku memanjatnya dan terjatuh, pastilah beberapa tulang di tubuh-ku akan patah !!". Tanpa berpikir panjang, ia pun membulatkan tekad-nya dan mulai memanjat satu per satu batu tersebut. Setelah memanjat beberapa batu yang cukup tinggi, ia pun tergelincir dan terjatuh dengan punggung membentur batu. Selama beberapa waktu ia terdiam dan tidak bergerak, memeriksa apakah ada tulang-tulang pada tubuh-nya yang patah. Dan betapa kagum-nya ia akan diri-nya, saat menemukan bahwa tidak ada tulang yang patah maupun rasa sakit pada tubuh-nya. Ia pun segera bangkit, dan kembali memanjat jajaran batu-batu besar dan tinggi tersebut. Tidak beberapa lama, ia pun sampai di puncak-nya dan menikmati pemandangan yang luar biasa indah tersebut selama beberapa waktu.


Ketika ia membalikan tubuh-nya dan melihat tempat dimana ia tergelincir dan terjatuh, ia melihat seorang pria yang tergeletak tidak berdaya dengan luka di sekujur tubuh dan pakaian yang compang-camping di atas batu tersebut. Melihat kondisi pria tersebut yang sungguh memprihatinkan, bertanyalah ia kepada pria tersebut, "Apakah yang engkau lalui sampai keadaan-mu ini sungguh memprihatinkan seperti ini ? Apakah engkau tidak mampu mengatasi kerikil-kerikil tajam, semak belukar tersebut dan batu-batu besar ini  seperti diri-ku ini ?! Lihatlah...Tidak ada satu goresan luka pun pada diri-ku, tidak ada yang mampu menghalangi jalan-ku menuju tempat yang aku tuju !!". Mendengar pernyataan-nya, pria tersebut hanya tersenyum kepada-nya. Kemudian ia pun kembali bertanya kepada pria tersebut, "Siapakah engkau ini ?!". Lalu berkatalah pria tersebut kepada-nya, "Akulah Tuhan Allah-mu, Aku yang menggendong-mu ketika engkau melalui kerikil-kerikil tajam tersebut sehingga tidak ada luka pada telapak kaki-mu, Aku yang memeluk erat diri-mu ketika engkau lari menerobos semak belukar sehingga tidak ada luka pada seluruh tubuh-mu, Aku yang menopang tubuh-mu ketika engkau tergelincir dan terjatuh dari batu besar dan tinggi ini sehingga tidak ada tulang-tulang pada tubuh-mu yang patah. Melihat keinginan dan semangat-mu yang sedemikian besar, Aku tidak kuasa menolak, membuat-mu kecewa, putus asa dan terlebih membiarkan diri-mu untuk melalui semua ini sendirian".


Bahan Perenungan :

Pada cerita di atas, mungkin kita melihat bahwa pemuda tersebut begitu arogan, begitu bangga dan kagum akan diri dan setiap pencapaian yang ia peroleh. Namun begitulah kita, sering kali kita seperti pemuda tersebut. Sering kali kita berlaku arogan terhadap orang lain dan menganggap orang lain yang tidak mampu menjadi seperti kita sebagai seorang yang gagal. Kita juga sering kali menyakini bahwa setiap pencapaian yang kita peroleh adalah berkat dan usaha dari diri kita sendiri  yang rajin, giat, pantang menyerah, dsb.

Sadarilah, bahwa setiap pencapaian di dalam diri dan hidup kita adalah berkat dari pada Allah Bapa kita. Tanpa campur tangan dari Allah Bapa kita, kita tidaklah berdaya untuk melakukan segala sesuatunya, jangankan memperoleh pencapaian, memulai segala sesuatunya pun kita tidak akan mampu. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita selalu bersyukur kepada Allah Bapa kita, Allah Bapa yang selalu memampukan kita, Allah Bapa yang sungguh mengasihi dan mencintai kita.


Saat ini mungkin begitu banyak harapan dan keinginan di dalam diri kita. Jika demikian adanya, Yuk...Mari kita utarakan segala harapan dan keinginan kita tersebut dengan tulus hati melalui Doa dengan Iman dan Pengharapan yang baik. Namun, apabila saat ini kita telah memperoleh pencapaian, Yuk...Mari kita syukuri dengan menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan lebih mendekatkan diri kita kepada-Nya. 


"...let's do our best, and let allah do the rest..." ~ jostudh '86

Allah Bapa kita selalu berjalan bersama kita setiap saat dan mengusahakan segala sesuatu yang baik untuk diri dan hidup kita. ^_^