Filosofi Tanaman Jagung

Di kisahkan ada seorang petani jagung yang memiliki bibit jagung unggul yang teramat sangat baik. Tanaman jagung yang ia miliki telah membawa-nya menjadi pemenang kontes perlombaan hasil pertanian selama beberapa tahun.

Pada suatu hari, seorang wartawan datang mewawancarai petani tersebut dengan tujuan untuk mengetahui rahasia sukses di balik hasil pertanian-nya tersebut. Namun, petani tersebut mengaku tidak memiliki rahasia khusus, ia menjelaskan bahwa ia selalu membagi-bagikan bibit jagung unggul-nya tersebut kepada para tetangga di sekitar-nya. Mengetahui akan hal tersebut, sang wartawan menjadi bingung dan bertanya, "Bukankah mereka juga mengikuti kontes hasil pertanian ini juga setiap tahunnya !? Apakah anda tidak khawatir akan hal tersebut ??"

Mendengar akan pertanyaan tersebut, petani tersebut tersenyum dan berkata, "Tahukah anda bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Jadi bisa anda bayangkan apabila tanaman jagung para tetangga saya memiliki kualitas yang buruk, tentu akan menurunkan kualitas tanaman jagung saya pula. Oleh karena itu, saya harus menolong para tetangga saya supaya memiliki kualitas tanaman jagung yang baik."

Bahan Perenungan :
Belajar dari cerita di atas, demikian kita pun seharusnya berperilaku seperti sang petani di dalam keseharian kita. Alangkah baiknya, apabila kita pun boleh hidup berbagi (hal baik tentunya) dengan setiap orang yang berada di sekitar kita setiap saat. Seperti angin yang menerbangkan dan menebarkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak ke setiap ladang di sekitarnya, demikian setiap hal yang kita tabur di dalam hidup kita ini. Apabila kita menabur segala hal yang baik, maka kita pun akan memiliki ladang yang baik dan di kemudian hari boleh menuai hasil ladang yang baik pula, demikian pula sebaliknya apabila kita menabur segala hal yang buruk, maka kita pun akan memiliki ladang yang tidak baik dan di kemudian hari akan menuai hasil ladang yang tidak baik pula.

Mulai saat ini, Yuk...Mari kita mulai menabur segala hal yang baik dengan melakukan dan memberikan segala hal yang terbaik yang bisa kita lakukan dan berikan bagi setiap orang yang berada di sekitar kita even hanya sebuah senyuman yang tulus, sehingga kita boleh memiliki ladang yang baik dan di kemudian hari boleh memiliki hasil ladang yang baik pula... ^_^

Kisah Seekor Tikus

Alkisah ada sepasang suami-istri petani pulang ke rumah setelah usai berbelanja. Ketika mereka membuka dan membongkar barang belanjaan mereka, dari kejauhan seekor tikus memperhatikan mereka dengan seksama sambil bergumam, "Hmm...Makanan apakah yang mereka bawa dari pasar ?!"

Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa salah satu barang yang di beli oleh sang petani adalah sebuah perangkap tikus. Ia pun segera berlari keluar rumah menuju kandang ayam sambil berteriak, "Ada perangkap tikus di rumah !! Ada perangkap tikus di rumah !!". Ia mendatangi seekor ayam dan berkata, "Ada perangkap tikus di rumah !!". Sang ayam pun dengan tenang berkata, "Tuan tikus, aku turut bersedih, tetapi perangkap tikus itu tidak berpengaruh terhadap diri-ku."

Lalu ia pun kembali berlari dan sambil berteriak menuju kandang kambing, "Ada perangkap tikus di rumah !! Ada perangkap tikus di rumah !!". Ia mendatangi seekor kambing dan berkata, "Ada perangkap tikus di rumah !!". Sang kambing pun bersimpati dan berkata, "Aku turut bersimpati, tetapi maaf, tidak ada yang dapat aku lakukan."

Lalu ia pun kembali berlari dan sambil berteriak menuju kandang sapi, "Ada perangkap tikus di rumah !! Ada perangkap tikus di rumah !!". Ia mendatangi seekor sapi dan berkata, "Ada perangkap tikus di rumah !!". Sang sapi pun tertawa dan berkata, "Maafkan aku, tetapi perangkap tikus yang kecil itu sama sekali tidak berbahaya untuk diri-ku."

Kemudian ia pun kembali berlari dan sambil berteriak menuju hutan, "Ada perangkap tikus di rumah !! Ada perangkap tikus di rumah !!". Ia mendatangi seekor ular dan berkata, "Ada perangkap tikus di rumah !!". Sang ular pun mencibir dan berkata, "Ahh...Perangkap tikus yang kecil itu tidak akan bisa mencelakakan diri-ku !!"

Mendengar semua jawaban itu dan menyadari bahwa ia akan menghadapi bahaya tersebut sendirian, ia pun kembali ke rumah dengan pasrah.

Pada suatu malam, sang petani terbangun mendengar suara perangkap tikus yang di pasang-nya berbunyi, menandakan perangkap tikus yang mereka pasang mendapatkan korban. Mereka pun bergegas dan menemukan seekor ular berbisa terjebak di sana. Sang ular dengan ekor yang terjepit perangkap tikus tersebut, menjadikan diri-nya semakin ganas dan menyerang sang istri. Walaupun sang suami berhasil membunuh sang ular tersebut, akan tetapi sang istri sempat tergigit dan teracuni oleh bisa sang ular.

Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, sang istri di perbolehkan untuk pulang. Namun setelah beberapa hari kemudian, demam yang di derita sang istri tidak kunjung sembuh. Atas saran dari tetangga-nya, sang suami membuatkan sup ayam untuk menurunkan demam sang istri. Bukannya membaik, demam sang istri semakin hari justru semakin tinggi. Atas saran dari seorang teman-nya, sang suami menyembelih kambing-nya untuk mengambil hati-nya untuk di berikan kepada sang istri. Akan tetapi, demam yang di derita sang istri tidak membaik dan pada akhir-nya sang istri pun meninggal. Saat pemakaman sang istri, begitu banyak orang yang datang, sehingga sang petani memutuskan untuk menyembelih sapi-nya untuk memberi makan setiap orang yang datang melayat.

Dari kejauhan, sang tikus hanya dapat melihat dengan penuh kesedihan.

Bahan Perenungan :
Pada cerita di atas, mungkin kita bisa melihat sang tikus yang begitu kebingungan lari kesana-kemari dengan harapan untuk memperoleh bantuan dari yang di temui-nya, akan tetapi tidak ada yang membantu-nya, lebih lagi ia malah di tertawakan dan di cemo'oh. Namun begitulah kita, sering kali kita memperlakukan mereka yang datang mengharapkan bantuan dari diri kita dengan cara yang serupa. Sering kali pula kita membantu orang lain dengan terlebih dahulu melihat apakah permasalahan yang mereka hadapi adalah permasalahan kita atau bukan ? Jika bukan, maka kita menolak untuk membantu-nya.

Sadarilah, bahwa segala hal yang kita miliki adalah berkat dari Allah Bapa kita. Allah Bapa kita memberi kita berkat melimpah bukanlah untuk kita pergunakan sendiri, melainkan Allah Bapa kita percayakan untuk kita bagikan dengan saudara-saudara kita, dengan setiap orang yang berada di sekitar kita, terutama sekali bagi mereka yang sangat membutuhkan-nya.

"...10 hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara..." ~ roma 12 : 10

Yuk...Mari kita membagi berkat dan membuka hati lebih lagi bagi saudara-saudara kita, terutama bagi mereka yang membutuhkan-nya. ^_^

4 Buah Lilin

Alkisah ada 4 buah lilin yang menyala menerangi setiap sudut sebuah ruangan pada sebuah rumah. Pada suatu hari, dalam keheningan malam, terdengarlah percakapan di antara keempat lilin tersebut :

Lilin Pertama : "Aku adalah Damai !! Namun, manusia tidak mampu menjaga aku. Akan lebih baik jika aku padamkan saja diri-ku".

Maka, secara perlahan lilin pertama ini pun padam.

Lilin Kedua : "Aku adalah Iman !! Sungguh kasihan diri-ku, manusia tidak ingin mengenal-ku. Oleh karena itu, apa gunanya diri-ku tetap menyala !?".

Maka, secara perlahan lilin kedua ini pun padam.

Lilin Ketiga : "Aku adalah Cinta !! Aku tidak mampu lagi bertahan untuk tetap menyala, bagaimana tidak ?! Manusia tidak lagi memandang diri-ku, manusia saling membenci, bahkan yang begitu mencintai mereka pun mereka benci".

Maka, seketika itu juga lilin ketiga ini pun padam.

Tanpa terduga, seorang anak kecil pemilik rumah tersebut pun masuk ke dalam ruangan tersebut. Melihat kondisi ruangan yang remang-remang dan karena takut akan gelap, sang anak pun berjongkok dan mulai menanggis. Melihat akan hal tersebut, maka lilin keempat pun merasa terharu dan berkata, "Jangan takut dan janganlah engkau menanggis, selama aku masih ada dan menyala, kita dapat menyalakan ketiga lilin lainnya ! Akulah Harapan !!"

Bahan Perenungan :
Dalam keseharian kita, sering kali permasalahan hidup yang datang silih berganti membuat kita jatuh terpuruk, kalah dan menyerah. Namun, apakah ini yang Allah Bapa kita harapkan ? Jika tidak demikian, mengapa permasalahan-permasalahan tersebut ada di dalam hidup kita ?

Satu hal yang pasti yang kita ketahui adalah Allah Bapa kita sungguh mencintai dan menyayangi kita, setiap permasalahan yang boleh ada dan boleh kita alami di dalam hidup kita adalah anugerah daripada-Nya untuk membantu kita menjadi lebih dewasa, untuk memproses kita supaya kita boleh menjadi mutiara-mutiara yang indah nan cemerlang.

Hidup adalah pengharapan tiada henti, untuk memperoleh pengharapan yang baik dan benar, kita harus memperolehnya dari sumber pengharapan yang sejati, yaitu Allah Bapa kita. Pengharapan memampukan kita untuk menghadapi setiap permasalahan di dalam hidup kita.

Oleh karena itu, apapun permasalahan hidup kita saat ini, kita mau kembali bangkit, kembali berdiri dan kembali melangkah dengan oleh karunia pengharapan yang telah di karuniakan-Nya pada diri kita. Dan bersama dengan karunia pengharapan yang telah kita terima dan miliki, kita nyalakan kembali setiap karunia yang telah di sediakan dan di berikan-Nya bagi kita, sehingga jalan kita terang dan kita pun dapat melangkah dengan pasti !! ^_^

Kisah Seorang Pengembara

Pada suatu ketika, hiduplah seorang muda yang sangat bersemangat dan gemar mengembara. Mendengar akan keindahan suatu tempat yang berada di tengah-tengah pegunungan, ia pun pergi mengembara untuk mendatangi tempat tersebut. Setelah berjalan selama 3 hari lamanya, ia pun sampai pada kaki gunung dari tempat yang di maksud. Melihat hari yang sudah menjelang malam, ia pun berinisiatif untuk bermalam dan mempersiapkan diri-nya untuk perjalanan panjang menuju puncak gunung tersebut esok harinya.

Pada keesokan harinya, pagi-pagi benar ia pun melanjutkan perjalanan-nya menuju puncak gunung tersebut. Setelah berjalan selama 3 jam, ia pun melihat hamparan krikil tajam di depan-nya. Ia melihat sekeliling, namun tidak menemukan jalan lain. Ia pun berhenti sejenak untuk berpikir, "Apakah yang harus aku lakukan, ini adalah jalan satu-satunya menuju tempat yang hendak aku tuju ?! Apabila aku terus berjalan, pastilah kerikil-kerikil tajam tersebut akan melukai telapak kaki-ku. Namun, tidak mungkin juga aku kembali setelah berjalan sejauh ini !!". Akhir-nya, ia pun membulatkan tekad-nya yang semula dan melanjutkan perjalanan-nya melalui jalan yang berkerikil tajam tersebut dengan berlari. Tidak berapa lama, ia pun berhasil melintasi jalan yang berkerikil tajam tersebut. Ia pun berhenti untuk memeriksa apakah ada luka pada telapak kaki-nya. Ketika ia memeriksa telapak kaki-nya, ia pun merasa heran karena tidak ada luka maupun rasa sakit pada telapak kaki-nya. Melihat akan hal tersebut, ia pun bangkit berdiri dan berkata pada diri-nya, "Betapa hebat-nya diri-ku ini, kerikil-kerikil tajam pun tidak bisa melukai diri-ku !!".

Lalu ia pun melanjutkan perjalanan-nya. Setelah berjalan selama 5 jam, ia pun melihat semak belukar yang sedemikian rapat di depan-nya. Ia melihat sekeliling, namun tidak menemukan jalan lain maupun benda yang dapat di pergunakan-nya untuk melindungi tubuh-nya dari semak belukar tersebut. Ia pun berhenti sejenak dan kembali berpikir, "Apakah yang harus aku lakukan, ini adalah jalan satu-satunya menuju tempat yang hendak aku tuju ?! Apabila aku terus berjalan, pastilah semak belukar tersebut akan melukai seluruh tubuh-ku !!". Mengingat akan peristiwa sebelumnya yang ia lalui, berkatalah ia pada diri-nya, "Hmm...Kerikil-kerikil tajam mampu aku lalui dengan mudah dan tanpa luka, pastilah semak belukar ini juga dapat aku lalui dengan mudah !!". Kemudian ia pun mempersiapkan diri-nya, mengambil posisi berlari dengan kedua tangan di depan wajah-nya untuk melindungi wajah-nya ketika ia menerobos semak belukar tersebut dan melanjutkan perjalanan-nya melalui semak belukar tersebut dengan berlari. Tidak berapa lama, ia pun berhasil melintasi semak belukar tersebut. Ia pun berhenti untuk memeriksa apakah ada luka pada sekujur tubuh-nya. Dan benarlah apa yang ia pikirkan, ia tidak menemukan sebuah luka pun bahkan luka goresan pada tubuh-nya maupun sebuah sobekan pada pakaian-nya. Melihat akan hal tersebut, ia pun bangkit berdiri dan berkata pada diri-nya, "Betapa hebat-nya diri-ku ini, semak belukar pun tidak bisa melukai diri-ku !!".

Lalu ia pun melanjutkan perjalanan-nya. Menjelang senja, ia pun hampir sampai pada tempat yang ia tuju. Namun untuk dapat melihat tempat tersebut, ia harus memanjat jajaran batu-batu besar dan tinggi. Ia pun berhenti sejanak dan kembali berpikir, "Tempat yang aku tuju ada di balik batu-batu ini, namun batu-batu ini sedemikian besar dan tinggi, apabila aku memanjatnya dan terjatuh, pastilah beberapa tulang di tubuh-ku akan patah !!". Tanpa berpikir panjang, ia pun membulatkan tekad-nya dan mulai memanjat satu per satu batu tersebut. Setelah memanjat beberapa batu yang cukup tinggi, ia pun tergelincir dan terjatuh dengan punggung membentur batu. Selama beberapa waktu ia terdiam dan tidak bergerak, memeriksa apakah ada tulang-tulang pada tubuh-nya yang patah. Dan betapa kagum-nya ia akan diri-nya, saat menemukan bahwa tidak ada tulang yang patah maupun rasa sakit pada tubuh-nya. Ia pun segera bangkit, dan kembali memanjat jajaran batu-batu besar dan tinggi tersebut. Tidak beberapa lama, ia pun sampai di puncak-nya dan menikmati pemandangan yang luar biasa indah tersebut selama beberapa waktu.


Ketika ia membalikan tubuh-nya dan melihat tempat dimana ia tergelincir dan terjatuh, ia melihat seorang pria yang tergeletak tidak berdaya dengan luka di sekujur tubuh dan pakaian yang compang-camping di atas batu tersebut. Melihat kondisi pria tersebut yang sungguh memprihatinkan, bertanyalah ia kepada pria tersebut, "Apakah yang engkau lalui sampai keadaan-mu ini sungguh memprihatinkan seperti ini ? Apakah engkau tidak mampu mengatasi kerikil-kerikil tajam, semak belukar tersebut dan batu-batu besar ini  seperti diri-ku ini ?! Lihatlah...Tidak ada satu goresan luka pun pada diri-ku, tidak ada yang mampu menghalangi jalan-ku menuju tempat yang aku tuju !!". Mendengar pernyataan-nya, pria tersebut hanya tersenyum kepada-nya. Kemudian ia pun kembali bertanya kepada pria tersebut, "Siapakah engkau ini ?!". Lalu berkatalah pria tersebut kepada-nya, "Akulah Tuhan Allah-mu, Aku yang menggendong-mu ketika engkau melalui kerikil-kerikil tajam tersebut sehingga tidak ada luka pada telapak kaki-mu, Aku yang memeluk erat diri-mu ketika engkau lari menerobos semak belukar sehingga tidak ada luka pada seluruh tubuh-mu, Aku yang menopang tubuh-mu ketika engkau tergelincir dan terjatuh dari batu besar dan tinggi ini sehingga tidak ada tulang-tulang pada tubuh-mu yang patah. Melihat keinginan dan semangat-mu yang sedemikian besar, Aku tidak kuasa menolak, membuat-mu kecewa, putus asa dan terlebih membiarkan diri-mu untuk melalui semua ini sendirian".


Bahan Perenungan :

Pada cerita di atas, mungkin kita melihat bahwa pemuda tersebut begitu arogan, begitu bangga dan kagum akan diri dan setiap pencapaian yang ia peroleh. Namun begitulah kita, sering kali kita seperti pemuda tersebut. Sering kali kita berlaku arogan terhadap orang lain dan menganggap orang lain yang tidak mampu menjadi seperti kita sebagai seorang yang gagal. Kita juga sering kali menyakini bahwa setiap pencapaian yang kita peroleh adalah berkat dan usaha dari diri kita sendiri  yang rajin, giat, pantang menyerah, dsb.

Sadarilah, bahwa setiap pencapaian di dalam diri dan hidup kita adalah berkat dari pada Allah Bapa kita. Tanpa campur tangan dari Allah Bapa kita, kita tidaklah berdaya untuk melakukan segala sesuatunya, jangankan memperoleh pencapaian, memulai segala sesuatunya pun kita tidak akan mampu. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita selalu bersyukur kepada Allah Bapa kita, Allah Bapa yang selalu memampukan kita, Allah Bapa yang sungguh mengasihi dan mencintai kita.


Saat ini mungkin begitu banyak harapan dan keinginan di dalam diri kita. Jika demikian adanya, Yuk...Mari kita utarakan segala harapan dan keinginan kita tersebut dengan tulus hati melalui Doa dengan Iman dan Pengharapan yang baik. Namun, apabila saat ini kita telah memperoleh pencapaian, Yuk...Mari kita syukuri dengan menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan lebih mendekatkan diri kita kepada-Nya. 


"...let's do our best, and let allah do the rest..." ~ jostudh '86

Allah Bapa kita selalu berjalan bersama kita setiap saat dan mengusahakan segala sesuatu yang baik untuk diri dan hidup kita. ^_^

Seorang Tuan Dan 2 Ekor Anjing Peliharaannya

Alkisah ada seorang tuan yang memiliki 2 ekor anjing besar yang gagah. Yang seekor berwarna putih dan yang seekor lain-nya berwarna hitam pekat. Tuan ini setiap minggu-nya mempertandingkan kedua ekor anjing-nya tersebut. Dan tergantung kepada tuan ini, mana yang mau di unggulkan oleh tuan ini, anjing yang berwarna putih ataukah anjing yang berwarna hitam. Apabila tuan ini menginginkan anjing yang berwarna putih untuk memenangkan pertandingan minggu ini, maka tuan ini akan memberi makan anjing yang berwarna putih dengan daging dan susu terbaik selama 1 minggu, sedangkan anjing yang berwarna hitam di biarkan-nya tidak makan selama 1 minggu. Demikian sebaliknya, apabila tuan ini menginginkan anjing yang berwarna hitam untuk memenangkan pertandingan minggu ini, maka tuan ini akan memberi makan anjing yang berwarna hitam dengan daging dan susu terbaik selama 1 minggu, sedangkan anjing yang berwarna putih di biarkan-nya tidak makan selama 1 minggu. Sehingga anjing yang di beri makan oleh tuan ini menjadi kuat dan mampu memenangkan pertandingan, sedangkan anjing yang tidak di beri makan oleh tuan ini menjadi lemas dan kalah dalam pertandingan sesuai dengan harapan tuan ini.

Bahan Perenungan :
Sang tuan pada cerita ini adalah diri kita, sedangkan 2 ekor anjing tersebut adalah diri kita di dalam sisi lain. Anjing yang berwarna putih adalah diri kita dari sisi Kebaikan (ROH) dan anjing yang berwarna hitam adalah diri kita dari sisi Kejahatan (Daging). Setiap saat-nya, kita selalu mempertandingkan kedua-nya. Ketika kita menginginkan sisi Kebaikan (ROH) kita menang, maka kita memberi makan sisi Kebaikan (ROH) kita, sehingga sisi Kebaikan (ROH) kita menjadi kuat dan mampu memenangkan pertandingan. Sedangkan ketika kita menginginkan sisi Kejahatan (Daging) kita menang, maka kita memberi makan sisi Kejahatan (Daging) kita, sehingga sisi Kejahatan (Daging) kita menjadi kuat dan mampu memenangkan pertandingan.

Jadi, ketahuilah bahwa pilihan ada di tangan kita, apakah kita mau sisi Kebaikan (ROH) kita yang menang ataukah sebalik-nya ? Apabila anda setuju kalau sisi Kebaikan (ROH) anda menang atas sisi Kejahatan (Daging) anda. Yuk...Mari kita beri makanan terbaik bagi sisi Kebaikan (ROH) kita, seperti : Firman Tuhan dan Doa senantiasa. Dengan begitu kita yakin pastilah sisi Kebaikan (ROH) kita pasti akan selalu menang atas sisi Kejahatan (Daging) kita. ^_^

"...41 berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan : roh memang penurut, tetapi daging lemah..." ~ matius 26 : 41 [tb]

Mercusuar Dan Kapten Yang Keras Kepala

Alkisah pada suatu malam yang gelap gulita, ada seorang kapten kapal yang sedang berlayar. Sang Kapten kapal tersebut tiba-tiba memperhatikan sebuah sinar terang yang berada tepat di depan-nya. Menyadari bahwa kapal-nya berada di dalam jalur tabrakan, ia pun bergegas menuju radio untuk mengirimkan pesan darurat.

Ia menuntut kapal tersebut untuk mengubah jalur-nya 10ke timur.
Beberapa detik kemudian, ia menerima sebuah pesan jawaban. Pesan itu berbunyi, "Tidak dapat melakukan-nya. Ubahlah jalur anda 10ke barat."

Sang Kapten pun menjadi marah. Ia kembali mengirimkan pesan lain-nya, "Aku adalah seorang Kapten Angkatan Laut. Aku menuntut-mu untuk mengubah jalur-mu !!"
Beberapa detik kemudian, ia kembali menerima sebuah pesan jawaban. Pesan itu berbunyi, "Aku adalah Kelasi Kelas Dua. Tidak dapat melakukan-nya. Ubah jalur Anda."

Sang Kapten pun menjadi sangat marah. Ia mengirimkan sebuah pesan terakhir, "Aku adalah sebuah Kapal Perang dan aku tidak mau mengubah jalur-ku !!"
Beberapa detik kemudian, ia kembali menerima sebuah pesan singkat. Pesan itu berbunyi, "Aku adalah sebuah Mercusuar. Itu pilihan anda, Pak !!"

Bahan Perenungan :
Pada cerita di atas, mungkin kita melihat bahwa Sang Kapten begitu arogan, keras kepala dan keras hati. Namun begitulah kita, sering kali kita seperti Sang Kapten. Sering kali kita menolak untuk di ubah dengan berbagai alasan, seperti : ketika kita di minta untuk mengampuni orang lain untuk kebaikan kita, kita sering kali menolak dengan alasan dia sudah terlalu menyakiti-ku, dia sangat nyata bersalah, dia tidak pantas untuk menerima maaf, dsb. 

Firman Tuhan Allah kita dalam kesatuan-nya dalam Alkitab adalah pelita bagi setiap langkah hidup kita, yang dalam cerita di atas adalah sebuah Mercusuar. Mercusuar menyinari setiap langkah hidup kita, sering kali mercusuar mengirimkan pesan-pesan kepada kita supaya mengubah arah langkah hidup kita agar setiap langkah hidup kita aman dan menuju kehidupan sejati.

Mengutip pesan terakhir dari cerita di atas, Mercusuar akan mengirimkan pesan kepada kita. Namun apakah kita mau untuk menuruti-nya atau pun menolak-nya adalah pilihan kita sepenuh-nya. Misal dalam hal pengampunan, sering kali kita di ajak atau bahkan di minta untuk mengampuni orang lain. Tuhan Yesus, berkata : 

"...26 jika kamu tidak mengampuni, maka bapa-mu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahan-mu..." ~ markus 11 : 26 [tb]

Sadarilah, apabila kita menolak dengan berkeras hati dan berkeras kepala, sesungguh-nya anda sedang menuju masalah di dalam jalur kehancuran. Jika saat ini di dalam hati dan diri kita, kita tahu bahwa ada orang-orang yang menyakiti kita dan belum kita ampuni, Yuk...Mari saat ini kita mohon berkat dan rahmat dari Allah Bapa kita supaya kita mampu mengampuni mereka, karena Tuhan sedang memerintahkan anda untuk mengubah jalur anda saat ini !! ^_^

2 Buah Batu Bata


Alkisah hiduplah seorang pemuda yang mempunyai sebidang tanah. ia bermaksud membangun sebuah rumah yang sederhana. Menyadari bahwa diri-nya hanyalah seorang yang sederhana dengan penghasilan yang cukup kecil, maka ia pun berinisiatif untuk membangun rumah tersebut seorang diri tanpa perlu memanggil tukang-tukang bangunan.

Beberapa bulan kemudian, hampir rampunglah rumah tersebut. Tembok-tembok bata sudah berdiri dan atap sudah terpasang dengan baik, Seminggu kemudian, ia pun bermaksud mengadakan sebuah pesta sederhana untuk merayakan rumah-nya yang hampir rampung tersebut. Ia mengundang para tetangga-nya untuk datang dan melihat rumah tersebut.

Saat sedang memandangi hasil karya-nya tersebut, ia pun segera menyadari bahwa pada satu bagian tembok yang tampak indah dan baik ia melihat bahwa ada 2 buah bata yang saling bertumpuk dengan tidak benar, yang mana menyebabkan tembok tersebut tampak kurang baik dilihat. Hal ini sungguh mengganggu diri-nya, terlebih menginggat bahwa esok hari-nya para tetangga-nya akan datang dan melihat semua itu. Ia sungguh khawatir para tetangga-nya akan mentertawakan hasil karya-nya tersebut.

Esok hari-nya, mencoba untuk menutupi kekurangan dari karya-nya, ia pun berinisiatif berdiri dengan posisi menutupi kekurangan tersebut. Ia tampak begitu gelisah. Tetangga-nya yang pertama pun datang, melihat hasil karya-nya tersebut tetangga-nya pun berkata, "Wow...Bagus sekali bangunan ini !", sambil menyalami-nya lalu pergi berlalu. Lalu datanglah tetangga-nya yang kedua, melihat hasil bangunan tersebut tetangga-nya pun berkata, "Hmm...Tampak baik sekali bangunan ini !", sambil menyalami-nya lalu pergi berlalu. Kemudian tetangga-nya yang ketiga pun datang, melihat ia begitu gelisah dan tampak menutupi sesuatu di belakang-nya, tetangga-nya ini pun bertanya, "Mengapa engkau tampak begitu gelisah dan tampak menyembunyikan sesuatu di belakang-mu ? Tunjukkanlah kepada-ku apa yang di belakang-mu itu !". Dengan rasa enggan, ia pun menyingkir dan menunjukkan-nya dan berkata, "Aku sungguh malu memperlihatkan hal ini kepada kalian !". Tetangga-nya ini pun tersenyum dan berkata kepada-nya, "Mengapa engkau harus "terganggu" dengan hal sekecil ini ? Lihatlah sekeliling-mu, beratus-ratus batu bata tersusun sedemikian rupa sehingga tampak begitu indah dilihat ! Sedemikian banyak batu bata yang engkau susun secara baik sehingga tembok-tembok ini tampak begitu indah, tetapi mengapa engkau mempermasalahkan hal sekecil ini ?". Ia pun tertunduk malu.

Bahan Perenungan :
Sering kali kita seperti pemuda tersebut, kita sering kali hanya fokus dengan kekurangan kita, menutupi hal tersebut karena merasa malu. Banyak di antara kita yang tidak bisa menyikapi hal tersebut dengan cara yang positif yang tidak jarang menyebabkan rasa minder.

Sebagai manusia, kita pastilah memiliki kekurangan. Akan tetapi coba kita lihat lebih dalam dan lebih meluas pada diri kita, coba kita temukan berapa banyak kelebihan yang kita miliki. Oleh karena itu, Mari...Kita sadari bahwa selain memiliki kekurangan, kita juga memiliki kelebihan-kelebihan. Kita memiliki kekurangan bukanlah untuk menjatuhkan diri kita, melainkan untuk menyadarkan kita bahwa kita membutuhkan orang lain untuk hidup saling berdampingan dan saling melengkapi satu dengan lainnya.

Apabila saat ini kita masih bergumul dan meratapi setiap kelemahan yang kita miliki. Yuk...Saat ini bangkit dan bersyukur atas setiap kelebihan dan kekurangan yang kita miliki !! ^_^

Completely For Him

Alkisah ada seorang yang kaya raya yang memiliki sebuah rumah yang sangat besar dan mewah. Setiap malam harinya, ada segerombolan orang yang selalu berusaha untuk masuk ke dalam rumah-nya. Khawatir akan keselamatan diri-nya, ia pun memutuskan untuk meminta Yesus untuk tinggal bersama diri-nya di dalam rumah tersebut. Yesus pun memenuhi permintaan-nya.

Ia bergembira akan hal tersebut, ia mempersiapkan segala sesuatunya dengan begitu luar biasa bagi Yesus. Ia mendekor ulang kamar terbaik yang dimiliki-nya di rumah tersebut. Keseluruhan ruangan dan perabotan kamar tersebut di lapisi oleh-nya dengan emas dan bertakhtahkan intan dan batu permata terbaik dan termahal.

Yesus pun tiba di rumah tersebut dan ia menyambut-nya dengan penuh sukacita. Kata-nya, "Tuhan, terima kasih Tuhan Yesus sudah sangat baik mau tinggal bersama-sama dengan saya di rumah ini. Tuhan, saya sudah mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik buat Tuhan selama Tuhan tinggal di tempat ini". Ia pun mengantarkan Yesus ke kamar terbaik yang telah ia sediakan buat kedatangan Tuhan. Kamar tersebut berada di lantai atas dengan sudut terbaik yang di miliki oleh rumah tersebut.

Malam pun tiba, dengan penuh harap ia pun terjaga untuk mengetahui apa yang akan Tuhan perbuat ketika segerombolan orang tersebut datang. Ketika tengah malam, segerombolan orang tersebut pun datang menggedor-gedor pintu rumah tersebut dengan kasarnya. Ia pun mengintip keluar dari dalam pintu kamar-nya, namun Tuhan tidak keluar dari kamar-Nya sama sekali. Segerombolan orang tersebut menggedor pintu sepanjang malam dan ia pun terjaga sepanjang malam dengan terheran-heran mengapa Tuhan tidak mengatasi hal tersebut bagi diri-nya ?

Pada malam hari berikutnya menjelang tengah malam, segerombolan orang tersebut kembali datang dan menggedor-gedor pintu rumah tersebut dengan lebih keras dari hari-hari sebelumnya. Ia pun merasa ketakutan lalu memberanikan diri mengetuk pintu kamar Tuhan untuk bertanya kepada-Nya, "Tuhan, diluar sana ada segerombolan orang yang setiap malam harinya datang dan menggedor-gedor pintu dengan begitu kerasnya. Saya sungguh takut akan hal tersebut. Saat ini Tuhan ada di rumah ini, mengapa Tuhan membiarkan hal tersebut dan tidak berbuat apa-apa ?". Tuhan pun tersenyum dan menjawab, "Anak-Ku, engkau telah menyerahkan Aku sebuah ruangan yang sungguh mewah ini untuk Aku tempati dan Aku jaga, dan Aku menjaganya untuk-Mu.".

Seketika ia pun jatuh berlutut dan tertunduk di hadapan Tuhan dan menanggis lalu kata-nya kepada Tuhan, "Tuhan, maafkan aku karena aku hanya memberikan kepada Tuhan kamar ini. Mulai saat ini Tuhan, keseluruhan rumah dan isinya ini adalah milik Tuhan seutuhnya. Maafkan aku, Tuhan !". Tuhan pun tersenyum dan lalu turun mendekati pintu utama rumah tersebut, lalu membukanya. Sesaat segerombolan orang tersebut bertatap muka dengan Tuhan, lalu Tuhan pun bertanya kepada mereka, "Siapakah yang kalian cari ?". "Maaf, Tuhan. Sepertinya kami salah rumah !", jawab mereka dengan tertunduk kemudian berbalik dan pergi.

Bahan Perenungan :
Sering kali kita seperti orang kaya tersebut, yang mana kita mau menerima Tuhan namun "membatasi" kegerakan Tuhan di dalam diri kita. Sering kali pula kita beranggapan bahwa kita harus memposisikan Tuhan di tempat terbaik di hati kita. Kita sungguh bersukacita saat Tuhan hadir di dalam hati dan diri kita, namun saat si jahat juga berusaha masuk ke dalam diri kita, kita merasa takut dan sering kali mempertanyakan Tuhan, "Mengapa Tuhan tidak membantu kita ?". Ketahui dan sadarilah, bahwa Tuhan tidak butuh hal "baik" yang ada di dalam diri kita karena Ia adalah yang terbaik, Ia tidak butuh hal "mahal" dalam diri kita karena Ia adalah pemilik segala sesuatunya, yang ter... akan segala sesuatunya. Yang Ia mau adalah diri kita seutuh-utuhnya, untuk mengarahkan kita, menjaga kita, berkarya dalam hidup kita, supaya seperti Kristus sempurna adanya, dimana Ia ada di dalam Kristus dan Kristus ada di dalam diri-Nya.

So, apakah kita sungguh sudah memberi diri kita seutuh-utuhnya bagi-Nya ? ^_^

Be Humble From A Pencil


1. It tells you that everything you do will always leave a mark.
2. You can always correct the mistake you make.
3. The important thing in life is what you are from inside, and not from outside.
4. In life you will undergo painful sharpening which will make you better in whatever you do.
5. To be the best you can be, you must allow yourself to be held and guided by the hand.

Sulaman Sang Nenek

Pada suatu hari, ada seorang nenek yang sedang menjaga cucu-nya yang sedang bermain. Sang cucu bermain di lantai ruang keluarga dengan mainan yang berserakan di lantai, sedangkan sang nenek duduk di sebuah kursi sambil asik merajut. Sang nenek begitu bahagia dan serius dalam merajut.

Tanpa di sadari oleh sang nenek, sang cucu memperhatikan hasil rajutan sang nenek dari bawah kursi tempat dia bermain. Melihat rajutan sang nenek yang begitu buruk dan tidak keruan, sang cucu berpikir apa yang sebenar-nya sang nenek sedang perbuat ? Sang nenek tampak begitu bahagia dan serius, akan tetapi rajutan sang nenek tampak begitu buruk dan tidak keruan ?.

Berusaha untuk mengetahui-nya, sang cucu pun bertanya, "Nenek sedang apa ? Kok serius benar ?". "Sedang merajut, Cu !", jawab sang nenek. "Merajut apa, Nek ? Kok tidak keruan begitu hasilnya ?", tanya sang cucu. Sang nenek pun mengalihkan perhatian-nya dan menatap sang cucu sambil tersenyum lalu berkata, "Mari, duduk di pangkuan nenek. Nenek tunjukan hasil rajutan nenek !". Sang cucu pun duduk di pangkuan sang nenek dan pada akhir-nya mengetahui bahwa yang sedang di rajut sang nenek adalah sebuah pemandangan yang sangat indah, tidak seperti apa yang dia lihat sebelum-nya.


Bahan Perenungan :
Begitu pun Bapa kita yang tidak pernah berhenti merajut hidup kita dengan rancangan-Nya yang terbaik dan terindah. Sering kali kita melihat dan mengeluh akan hidup kita yang terkesan "Buruk", menjemukan, menyakitkan, dsb. Percayalah bahwa rancangan Bapa adalah rancangan yang terbaik dan terindah, hanya saja dengan keterbatasan kita saat ini kita belum mampu melihat rancangan-Nya yang sesungguhnya yang sedang di sulam-Nya pada hidup kita, akan tetapi nanti saat kita sudah bersama-sama dengan Bapa, kita akan melihat rancangan Bapa yang sungguh indah di dalam hidup kita yang di rancang dan di sulam-Nya di sepanjang hidup kita pada setiap langkah kita.

Kisah Seorang Anak Yang Buta Tuli

Alkisah ada seorang anak yang hidup berbahagia bersama dengan kedua orang tua yang begitu mencintai dan menyayangi-nya. Pada suatu hari, dalam perjalanan berlibur, mereka mengalami sebuah kecelakaan yang cukup dahsyat. Kecelakaan ini menyebabkan sang ibu meninggal dan sang anak tidak sadarkan diri. Sang ayah sungguh terpukul dan menyesali hal tersebut. Setelah beberapa bulan penantian, sang anak pun tersadar dari koma-nya, akan tetapi sang anak menjadi buta tuli. Mengetahui hal tersebut, sang ayah berjanji untuk menyertai sang anak setiap saat.

Pada suatu hari yang panas, sang anak meminta kepada sang ayah untuk diperbolehkan membeli es krim. Mengetahui keadaan sang anak yang sedang demam tinggi dan mengkonsumsi es krim hanya akan memperburuk keadaan sang anak, sang ayah hanya dapat diam mendengar rengekan sang anak karena tidak ada yang dapat diperbuat sang ayah meskipun sang ayah sangat ingin mengutarakan kepada sang anak alasan mengapa sang ayah tidak memberikan apa yang sang anak minta saat itu.

Pada suatu hari yang dingin, ketika sedang berjalan-jalan dengan sang ayah, sang anak berjalan mendekati sebuah tempat yang hangat. Mengetahui hal tersebut, sang ayah dengan sigap menarik sang anak dengan begitu kuatnya sehingga sang anak jatuh dan terluka. Sang anak pun menanggis. Melihat sang anak menanggis, sang ayah hanya dapat memeluk-nya tanpa bisa memberitahu bahwa sang ayah melakukan hal tersebut karena tempat hangat yang di tuju sang anak sungguh berbahaya bagi sang anak, yaitu sebuah gedung yang sedang terbakar hebat.

Pada suatu hari yang cerah, sang ayah mengambil liontin dari kalung yang dikenakan sang anak dan membuang-nya. Sang anak sangat marah kepada sang ayah karena liontin tersebut adalah liontin kesayangan-nya yang di berikan oleh sang ibu sewaktu sang anak berulang tahun. Sang ayah hanya dapat diam tanpa bisa memberikan penjelasan kepada sang anak bahwa sang ayah melakukan hal tersebut karena tidak menginginkan sang anak terluka karenanya. Sang ayah melihat bahwa liontin tersebut sudah berkarat dan bagian tajamnya dapat setiap saat melukai sang anak.

Bahan Perenungan :
Sang anak yang buta tuli adalah kita.
Sering kali kita seperti sang anak yang meminta untuk diperbolehkan membeli es krim kepada sang ayah, terus merengek akan apa yang kita inginkan. Sering kali juga kita seperti sang anak yang berjalan mendekati sebuah tempat yang hangat dan menyalahkan Bapa karena mengusik kenyamanan kita dan mungkin membuat kita terluka karenanya. Sering kali pula kita seperti sang anak yang marah ketika liontin kesayangan-nya diambil dan dibuang oleh sang ayah, kita sering kali marah dan menyalahkan Bapa ketika Bapa mengambil apa yang kita pikir adalah yang berharga bagi kita tanpa berusaha mengerti kenapa Bapa melakukan semua hal tersebut terhadap kita.

Mari...
Sadarilah bahwa kita memiliki seorang Bapa yang demikian mencintai dan menyayangi kita. Kita yang buta tuli, dengan kepekaan yang kita miliki, kita tetap dapat merasakan kehadiran dan penyertaan-Nya setiap saat, juga dalam setiap langkah kita.
Ketahuilah bahwa Bapa kita mengetahui apa yang terbaik bagi diri dan hidup kita. Oleh karena itu, apa pun keadaan kita saat ini baik sehat, sakit, senang, sedih, kecewa, terluka, merasa ditinggalkan, dsb. Bersyukur dan percayalah karena Bapa tidak pernah meninggalkan kita, rencana-Nya selalu indah buat hidup kita, buat setiap langkah yang kita ambil.

"...faith is to believe what we do not see and the rich reward of faith is to see what we believe..." ~ st. augustine

Topi Wool Sang Nenek


Alkisah ada seorang nenek yang pikun namun sangat rajin sekali pergi ke Gereja. Setiap hari minggu, pagi-pagi sekali ia sudah berangkat dari rumah ke Gereja untuk mengikuti perayaan Misa Kudus. Di karenakan umur-nya yang sudah senja, nenek ini pun sangat mudah sekali kelelahan.

Pada suatu hari minggu, sepulang dari Gereja, nenek tampak sangat kelelahan sekali. Khawatir akan keadaan-nya, cucu-nya pun mencoba menasihati nenek tersebut untuk banyak beristirahat dan mengurangi intensitas-nya untuk pergi ke Gereja, karena jarak Gereja dan rumah yang cukup jauh dan hanya dapat di tempuh dengan berjalan kaki.

"Nek, ngapain sih pergi ke Gereja tiap minggu ? Nenek kan sudah tua, jarak ke Gereja juga cukup jauh. Lagi pula nenek juga tidak ingatkan apa yang menjadi homili romo hari ini ?", tegur cucu-nya.

Mendengar hal tersebut, nenek hanya tersenyum kepada cucu-nya dan melepaskan topi wool yang dipakai-nya dan berkata, "Cu, tolong isikan air kran pada topi nenek ini."

Bingung akan permintaan nenek-nya, cucu pun berkata, "Aduh...Nek. Mana bisa topi ini diisi air ? Air-nya pasti akan dengan mudah menembus topi ini melalui sela-sela topi ini !"

Nenek pun berkeras, "Coba kamu ambilkan saja".
Mencoba untuk membuktikan kepada nenek kalau permintaan nenek tidak masuk akal, ia pun pergi ke dapur untuk menuruti keinginan nenek-nya.

Tidak berapa lama, ia kembali dengan topi yang sudah basah dan berkata, "Lihat, Nek. Benarkan kalau topi ini tidak bisa menampung air ! Topi nenek jadi basah deh !".

"Iya...Nenek tau, tapi coba kamu perhatikan lebih teliti lagi. Topi yang tadinya kotor tersebut, sekarang tampak lebih bersihkan ? Begitu pun dengan diri nenek, memang benar setiap minggu nenek ke Gereja dan nenek tidak bisa mengingat apa yang menjadi homili romo hari itu. Akan tetapi, sama seperti topi nenek yang kamu isi air, begitu pun diri nenek yang dibersihkan setiap minggu dengan pergi ke Gereja", jawab nenek sambil tersenyum.

Bahan Perenungan :
Begitu pun diri kita yang seringkali malas untuk pergi ke Gereja di karenakan merasa tidak mendapatkan sesuatu.
Sadari dan percayalah bahwa dengan kita rajin ke Gereja untuk mengikuti perayaan Ekaristi dan menyambut Tubuh Kristus, setiap kali itu pula kita di perbaharui oleh-Nya dan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Belajarlah Dari Burung Rajawali


Burung Rajawali adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sangat Indah.

Faktanya, Alkitab menulis mengenai Burung Rajawali sebanyak 38 kali, jauh lebih banyak apabila dibandingkan dengan burung merpati maupun jenis burung lainnya. Seekor Burung Rajawali dewasa memiliki tinggi badan sekitar 0.9 meter dengan bentangan sayap sepanjang 2 meter. Burung Rajawali membangun sarang-nya pada puncak-puncak gunung, berat sarang itu dapat mencapai 700 kilogram. Sarang Burung Rajawali sangatlah besar dan nyaman, sehingga memungkinkan manusia untuk dapat tinggal dan tidur di dalam-nya.

Sebagai manusia, banyak hal yang dapat kita pelajari dari Burung Rajawali, yaitu :

01. Semua Bayi Burung Rajawali HARUS Belajar untuk Terbang
Pada puncak gunung yang tinggi, telur Burung Rajawali menetas dan muncullah bayi Burung Rajawali. Seperti layak-nya bayi pada umumnya, begitupun bayi Burung Rajawali yang hanya makan dan tidur. Pada masa-masa awal, bayi Burung Rajawali menghabiskan hari-hari-nya di dalam sarang-nya yang nyaman. Setiap hari, induk dari bayi Burung Rajawali mencarikan makanan dan menyuapi-nya pada mulut bayi yang sudah terbuka untuk menerima makanan. Kemudian dengan perut kenyang, bayi Burung Rajawali pun kembali tidur. Hal ini berlangsung secara berulang kali selama beberapa minggu sampai pada suatu hari, Induk Burung Rajawali terbang dan hanya berputar-putar di atas sarang dan memperhatikan anak-nya yang ada di dalam sarang. Setelah berputar-putar beberapa kali, Induk Burung Rajawali akan terbang dengan kecepatan tinggi menuju sarang-nya, ditabrak-nya sarang tersebut dan di goncang-goncangkan-nya. Kemudian di renggut bayi Burung Rajawali tersebut dari sarang-nya dan di bawa-nya terbang tinggi. Dan secara tiba-tiba, dijatuhkan bayi Burung Rajawali tersebut dari ketinggian. Bayi Burung Rajawali ini pun berusaha untuk terbang, akan tetapi gagal. Saat jatuh melayang ke bawah mendekati batu-batu karang, Induk Burung Rajawali ini pun dengan cepat meraih anak-nya kembali dan dibawa-nya terbang tinggi. Setelah itu, dilepaskan-nya pegangan itu dan anaknya jatuh lagi. Tapi sebelum anak-nya menyentuh daratan, ia mengangkat-nya kembali. Hal ini dilakukan-nya setiap hari secara berulang-ulang. Sehingga hanya dalam kurun waktu 1 minggu anak-nya sudah banyak belajar dan mulai memperhatikan bagaimana cara induk-nya terbang. Dan dalam kurun waktu tersebut, sayap anak Burung Rajawali sudah cukup kuat dan mulai bisa terbang.
Banyak orang Kristen seperti bayi rajawali ini. Terlalu nyaman didalam sarangnya. Kita datang ke gereja seminggu sekali untuk mendapatkan makanan. Kita menunggu pelayan Tuhan untuk memberi mereka “Makanan Rohani” kedalam mulut-nya. Kemudian setelah ibadah selesai, kita pulang dan ”Tidur” lagi, tanpa melakukan Firman Tuhan dan hidup tidak berubah. Baru setelah beban-beban berat menindih selama 1 minggu, kita merasakan “Lapar” dan butuh diisi makanan, kemudian kita pun pergi lagi ke gereja untuk di "Drop" makanan lagi. Hal ini berlangsung terus menerus berulang-ulang tanpa ada pertumbuhan secara rohani dalam hidup kita. Sampai suatu saat, sesuatu pencobaan terjadi dalam hidup kita, sarang digoncangkan dengan keras, dan kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kita mulai menyalahkan Tuhan, ”Tuhan jahat !! Tuhan tidak adil !!”. Tidak !! Tuhan tidak jahat !! Jika kita mengalami pencobaan dan goncangan berarti Bapa di surga sedang melatih kita untuk bisa lebih dewasa lagi, agar kita bisa siap untuk terbang. Akan sia-sia menjadi rajawali kalau dia tidak bisa terbang. Berarti akan sia-sia menjadi orang Kristen kalau dia tidak pernah dewasa dalam iman !! Akan tetapi perhatikanlah hal ini : setiap pencobaan datang, Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya jatuh tergeletak, tapi seperti induk rajawali, pada saat kritis, ia menyambar anaknya untuk diangkat kembali. Beban berat boleh datang, tapi kemudian mulailah untuk berdoa. Mulailah membuka Alkitab dan membaca Firman Tuhan. Kemudian kita akan menyadari bahwa jawaban doa itu telah datang. Masa-masa sukar akan selalu ada di depan kita, tapi kita akan menemukan diri kita selalu penuh dengan pengharapan jika kita tetap berdiri pada kebenaran Firman Allah. Apa yang sedang terjadi !? Ternyata kita sedang merentangkan sayap kita !! Kita sedang belajar terbang !! Tuhan mengangkat dan memuliakan kita melalui pencobaan-pencobaan yang kita alami. Jika induk rajawali melatih anak-nya untuk mempergunakan sayap-nya, Tuhan melatih kita untuk mempercayai Firman-Nya dan mempergunakan iman kita.

02. Burung Rajawali di Ciptakan untuk Tinggal di Tempat Yang Tinggi
Berbeda dengan jenis burung lain-nya, rajawali diciptakan untuk terbang ditempat-tempat yang tinggi, jauh dari pandangan mata telanjang dan jauh dari jangkauan para pemburu. Burung rajawali memiliki keunikan, jika ia berada di alam bebas, akan menjadi burung yang paling bersih di antara burung lain-nya, tapi jika dia berada di dalam "penjara" dan terikat, ia akan menjadi burung yang paling kotor (hal ini dikarenakan rajawali mengkonsumsi makanan yang berbeda dengan burung lain-nya).
Tuhan menciptakan kita untuk selalu terbang dan berada di Tempat Yang Tinggi, yaitu selalu berada dalam Hadirat-Nya dan bebas dari kontrol dunia. Jika orang Kristen berada dalam ikatan-ikatan duniawi, ia akan menjadi orang yang ter-"Kotor" dibandingkan dengan orang lain.

03. Burung Rajawali TIDAK Terbang, tapi Melayang
Burung Rajawali tidak terbang seperti layak-nya burung-burung yang lain, mereka terbang dengan mengepak-kepakkan sayap-nya dengan kekuatan sendiri. Tapi yang dilakukan rajawali ialah melayang dengan anggun, membuka lebar-lebar kedua sayap-nya dan menggunakan kekuatan angin untuk mendorong tubuh-nya. Yang membuat rajawali sangat spesial ialah ia tahu betul waktu yang tepat untuk meluncur terbang. Ia berdiam di atas puncak gunung karang, membaca keadaan angin, dan pada saat yang dirasa tepat ia mengepakkan sayap-nya untuk mendorong terbang, lalu membuka sayap-nya lebar-lebar untuk kemudian melayang dengan menggunakan kekuatan angin itu.
Angin sering disebutkan dalam Alkitab sebagai penggambaran dari ROH Kudus. Kita dapat belajar untuk bekerja sama dengan ROH Kudus dan membiarkan-Nya mengangkat kita lebih tinggi lagi, semakin dekat dengan Tuhan Yesus. Seringkali kita "Terbang" dengan kekuatan kita sendiri, hasil-nya kita menemui banyak kelelahan, kekecewaan dan kepahitan dalam hidup ini. Tapi belajar dari rajawali, kita mau untuk "Terbang" melintasi kehidupan ini dengan mengandalkan ROH Kudus. Angin, juga berbicara mengenai kesulitan-kesulitan hidup. Badai sering menggambarkan ada-nya pergumulan dalam hidup ini. Bagi rajawali, badai adalah media yang tepat untuk belajar menguatkan sayap-nya. Dia terbang menembus badai itu, melayang di dalam-nya, melatih sayap-nya untuk lebih kuat lagi. Orang "Kristen Rajawali" seharus-nya mengucap syukur dalam menghadapi berbagai-bagai pencobaan. Karena saat itulah saat yang tepat bagi kita untuk mempergunakan pencobaan sebagai media untuk menguatkan sayap-sayap iman kita.

04. Burung Rajawali memiliki Waktu Khusus untuk Pembaharuan
Ketika rajawali berumur 60 tahun, ia memasuki periode pembaharuan. Seekor rajawali akan mencari tempat tinggi dan tersembunyi di puncak gunung. Ia berdiam disitu, membiarkan bulu-bulu-nya rontok satu demi satu. Rajawali ini mengalami keadaan yang menyakitkan dan sangat mengenaskan selama kira-kira 1 tahun. Ia menunggu dengan sabar selama proses ini berlangsung, dan setiap hari ia membiarkan sinar matahari menyinari tubuh-nya untuk mempercepat proses penyembuhan-nya. Melalui proses ini, bulu-bulu baru pun tumbuh, dan rajawali menerima kekuatan yang baru sehingga ia mampu untuk bertahan hidup hingga umur 120 tahun, seperti normal-nya rajawali hidup.
Seperti rajawali, orang Kristen perlu memiliki waktu-waktu khusus untuk proses pembaharuan dalam hidup ini. Membiarkan hal-hal lama yang tidak berguna lagi "Rontok" dan menanti-nantikan dengan sabar pemulihan dari Tuhan. Pembaharuan adalah prinsip Ilahi, dimana Allah memotong segala sesuatu yang tidak menghasilkan buah dalam hidup kita ini agar kita mampu berbuah lebat. Selama kita menantikan Dia, relakan proses pembaharuan itu berlangsung.

05. Burung Rajawali juga Sakit, seperti Manusia
Ketika rajawali mengalami sakit di tubuh-nya, ia terbang ke suatu tempat yang sangat disukai-nya, dimana ia dengan leluasa dapat menikmati sinar matahari. Karena sinar matahari memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan rajawali, dan juga merupakan obat yang paling mujarab bagi-nya.
Ketika kita sakit, baik itu sakit secara fisik, ekonomi, rumah tangga, pekerjaan, pelayanan, atau sakit rohani kita, apakah kita juga mencari Allah yang memainkan peranan penting dalam hidup kita, yang juga merupakan sumber kesembuhan bagi segala macam "Penyakit" !?

06. Setiap Burung Rajawali PASTI Mati
Ketika rajawali berada dalam keadaan mendekati waktu kematian-nya, ia terbang ke tempat yang paling disukai-nya, di atas gunung, menutupi tubuh-nya dengan kedua sayap-nya, memandang ke arah terbit-nya matahari, lalu ... mati.
Sudah selayak-nya, semua orang Kristen mati dengan mata dan hati tetap tertuju pada Yesus sebagai sumber dari pengharapan dan jaminan di dalam kehidupan kekal.

Berikanlah 100% Dalam Segala Sesuatu


Alkisah ada seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan sedang bermain bersama. Anak lelaki memiliki sejumlah kelereng, sedangkan anak perempuan memiliki sejumlah permen.

Mengetahui hal tersebut, anak lelaki mencoba melakukan negosiasi kepada anak perempuan. Anak lelaki pun bertanya, "Maukah kau menukar semua permen yang kau miliki dengan semua kelereng yang aku miliki ?". Anak perempuan berpikir sejenak lalu menjawab, "Hmm...Baiklah !!".

Anak lelaki pun kemudian memisahkan kelereng terbaik yang dia miliki secara sembunyi-sembunyi untuk di simpan dan memberikan sisanya kepada anak perempuan, sedangkan anak perempuan memberikan semua permen yang dia miliki sesuai yang dia janjikan kepada anak lelaki.

Pada malam harinya, anak perempuan tidur dengan tenangnya. Sedangkan anak lelaki tetap terjaga dan terus berpikir apakah anak perempuan masih memiliki sejumlah permen yang dia sembunyikan saat pertukaran seperti yang anak lelaki perbuat padanya ?

Bahan Perenungan :
Hendaknya dalam segala hal, berikanlah 100% apa yang bisa kita berikan, terlebih saat kita berjanji hendaknya kita menepati sesuai dengan apa yang kita janjikan.

Anak Lelaki Dan Pohon Apel


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan seorang anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap harinya. Ia senang memanjat-nya hingga ke pucuk pohon, memakan buah-nya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daun-nya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak lelaki itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajah-nya tampak sedih. “Ayo...ke sini bermain-main lagi dengan-ku”, pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi”, jawab anak lelaki itu. ”Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku 'tak memiliki uang untuk membelinya”.

Pohon apel itu menyahut, “Duh...maaf aku pun 'tak memiliki uang, tetapi kau boleh mengambil semua buah apel-ku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaran-mu”. Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki itu tidak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang kembali. Pohon apel sangat senang melihat-nya datang. “Ayo...bermain-main dengan-ku lagi”, kata pohon apel. “Aku tak punya waktu”, jawab anak lelaki itu“. Aku harus bekerja untuk keluarga-ku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolong-ku ?” Duh, maaf aku pun tidak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan ranting-ku untuk membangun rumah-mu”, kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tetapi anak lelaki itu tidak pernah kembali lagi. Pohon apel pun merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang kembali. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambut-nya. "Ayo...bermain-main lagi dengan-ku”, kata pohon apel. ”Aku sedih”, kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar ?”. “Duh...maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuh-ku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah”. Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkan-nya. Ia lalu pergi berlayar dan tidak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anak-ku”, kata pohon apel itu. “Aku sudah tidak memiliki buah apel lagiuntuk-mu”. “Tak apa. Aku pun sudah 'tak memiliki gigi untuk mengigit buah apel-mu”, jawab anak lelaki itu.

“Aku juga 'tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat”, kata pohon apel”. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu”, jawab anak lelaki itu.”Akubenar-benar tidak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan pada-mu. Yang tersisa hanyalah akar-akar-ku yang sudah tua dan sekarat ini”, kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tidak memerlukan apa-apa lagi sekarang”, kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkan-mu”. “Ooh...bagus sekali !! Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akar-ku dan beristirahatlah dengan tenang”. Anak lelaki itu pun berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air mata-nya.

Bahan Perenungan :
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Namun, ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. 'tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting : cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya, dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Preta


Ini kisah tentang seekor anjing yang religius. Adalah Preta, seekor anjing di Portugal, sanggup berjalan menempuh jarak 26 kilometer setiap minggu untuk bisa mengikuti misa (kebaktian).

Setiap hari Minggu selama tiga tahun terakhir ini, Preta, jenis anjing Pooch yaitu jenis anjing yang bertubuh tambun dan pendek serta berhidung pesek, pergi meninggalkan rumah tuannya di sebuah kota di daerah Sobrado, bagian utara Portugal, pada jam 5 pagi.

Begitu dilaporkan harian Correeio da Manha awal pekan ini. Bekas anjing jalanan ini berjalan sendirian menuju ke sebuah gereja di daerah kawasan Ermesinde untuk menghadiri misa pada pukul 07:30 dan berada di tempat favoritnya di dalam gereja yakni di samping altar. Pada saat jemaat berdiri atau duduk, Preta juga melakukan hal yang serupa. Ketika misa usai biasanya ia kembali pulang berjalan kaki, namun kadangkala ia ikut menumpang pulang naik mobil orang-orang yang dikenalnya. Jumlah jemaat gereja tersebut saat ini meningkat karena banyak orang yang ingin melihat kehadiran anjing tersebut.