Kisah Seorang Pengembara

Pada suatu ketika, hiduplah seorang muda yang sangat bersemangat dan gemar mengembara. Mendengar akan keindahan suatu tempat yang berada di tengah-tengah pegunungan, ia pun pergi mengembara untuk mendatangi tempat tersebut. Setelah berjalan selama 3 hari lamanya, ia pun sampai pada kaki gunung dari tempat yang di maksud. Melihat hari yang sudah menjelang malam, ia pun berinisiatif untuk bermalam dan mempersiapkan diri-nya untuk perjalanan panjang menuju puncak gunung tersebut esok harinya.

Pada keesokan harinya, pagi-pagi benar ia pun melanjutkan perjalanan-nya menuju puncak gunung tersebut. Setelah berjalan selama 3 jam, ia pun melihat hamparan krikil tajam di depan-nya. Ia melihat sekeliling, namun tidak menemukan jalan lain. Ia pun berhenti sejenak untuk berpikir, "Apakah yang harus aku lakukan, ini adalah jalan satu-satunya menuju tempat yang hendak aku tuju ?! Apabila aku terus berjalan, pastilah kerikil-kerikil tajam tersebut akan melukai telapak kaki-ku. Namun, tidak mungkin juga aku kembali setelah berjalan sejauh ini !!". Akhir-nya, ia pun membulatkan tekad-nya yang semula dan melanjutkan perjalanan-nya melalui jalan yang berkerikil tajam tersebut dengan berlari. Tidak berapa lama, ia pun berhasil melintasi jalan yang berkerikil tajam tersebut. Ia pun berhenti untuk memeriksa apakah ada luka pada telapak kaki-nya. Ketika ia memeriksa telapak kaki-nya, ia pun merasa heran karena tidak ada luka maupun rasa sakit pada telapak kaki-nya. Melihat akan hal tersebut, ia pun bangkit berdiri dan berkata pada diri-nya, "Betapa hebat-nya diri-ku ini, kerikil-kerikil tajam pun tidak bisa melukai diri-ku !!".

Lalu ia pun melanjutkan perjalanan-nya. Setelah berjalan selama 5 jam, ia pun melihat semak belukar yang sedemikian rapat di depan-nya. Ia melihat sekeliling, namun tidak menemukan jalan lain maupun benda yang dapat di pergunakan-nya untuk melindungi tubuh-nya dari semak belukar tersebut. Ia pun berhenti sejenak dan kembali berpikir, "Apakah yang harus aku lakukan, ini adalah jalan satu-satunya menuju tempat yang hendak aku tuju ?! Apabila aku terus berjalan, pastilah semak belukar tersebut akan melukai seluruh tubuh-ku !!". Mengingat akan peristiwa sebelumnya yang ia lalui, berkatalah ia pada diri-nya, "Hmm...Kerikil-kerikil tajam mampu aku lalui dengan mudah dan tanpa luka, pastilah semak belukar ini juga dapat aku lalui dengan mudah !!". Kemudian ia pun mempersiapkan diri-nya, mengambil posisi berlari dengan kedua tangan di depan wajah-nya untuk melindungi wajah-nya ketika ia menerobos semak belukar tersebut dan melanjutkan perjalanan-nya melalui semak belukar tersebut dengan berlari. Tidak berapa lama, ia pun berhasil melintasi semak belukar tersebut. Ia pun berhenti untuk memeriksa apakah ada luka pada sekujur tubuh-nya. Dan benarlah apa yang ia pikirkan, ia tidak menemukan sebuah luka pun bahkan luka goresan pada tubuh-nya maupun sebuah sobekan pada pakaian-nya. Melihat akan hal tersebut, ia pun bangkit berdiri dan berkata pada diri-nya, "Betapa hebat-nya diri-ku ini, semak belukar pun tidak bisa melukai diri-ku !!".

Lalu ia pun melanjutkan perjalanan-nya. Menjelang senja, ia pun hampir sampai pada tempat yang ia tuju. Namun untuk dapat melihat tempat tersebut, ia harus memanjat jajaran batu-batu besar dan tinggi. Ia pun berhenti sejanak dan kembali berpikir, "Tempat yang aku tuju ada di balik batu-batu ini, namun batu-batu ini sedemikian besar dan tinggi, apabila aku memanjatnya dan terjatuh, pastilah beberapa tulang di tubuh-ku akan patah !!". Tanpa berpikir panjang, ia pun membulatkan tekad-nya dan mulai memanjat satu per satu batu tersebut. Setelah memanjat beberapa batu yang cukup tinggi, ia pun tergelincir dan terjatuh dengan punggung membentur batu. Selama beberapa waktu ia terdiam dan tidak bergerak, memeriksa apakah ada tulang-tulang pada tubuh-nya yang patah. Dan betapa kagum-nya ia akan diri-nya, saat menemukan bahwa tidak ada tulang yang patah maupun rasa sakit pada tubuh-nya. Ia pun segera bangkit, dan kembali memanjat jajaran batu-batu besar dan tinggi tersebut. Tidak beberapa lama, ia pun sampai di puncak-nya dan menikmati pemandangan yang luar biasa indah tersebut selama beberapa waktu.


Ketika ia membalikan tubuh-nya dan melihat tempat dimana ia tergelincir dan terjatuh, ia melihat seorang pria yang tergeletak tidak berdaya dengan luka di sekujur tubuh dan pakaian yang compang-camping di atas batu tersebut. Melihat kondisi pria tersebut yang sungguh memprihatinkan, bertanyalah ia kepada pria tersebut, "Apakah yang engkau lalui sampai keadaan-mu ini sungguh memprihatinkan seperti ini ? Apakah engkau tidak mampu mengatasi kerikil-kerikil tajam, semak belukar tersebut dan batu-batu besar ini  seperti diri-ku ini ?! Lihatlah...Tidak ada satu goresan luka pun pada diri-ku, tidak ada yang mampu menghalangi jalan-ku menuju tempat yang aku tuju !!". Mendengar pernyataan-nya, pria tersebut hanya tersenyum kepada-nya. Kemudian ia pun kembali bertanya kepada pria tersebut, "Siapakah engkau ini ?!". Lalu berkatalah pria tersebut kepada-nya, "Akulah Tuhan Allah-mu, Aku yang menggendong-mu ketika engkau melalui kerikil-kerikil tajam tersebut sehingga tidak ada luka pada telapak kaki-mu, Aku yang memeluk erat diri-mu ketika engkau lari menerobos semak belukar sehingga tidak ada luka pada seluruh tubuh-mu, Aku yang menopang tubuh-mu ketika engkau tergelincir dan terjatuh dari batu besar dan tinggi ini sehingga tidak ada tulang-tulang pada tubuh-mu yang patah. Melihat keinginan dan semangat-mu yang sedemikian besar, Aku tidak kuasa menolak, membuat-mu kecewa, putus asa dan terlebih membiarkan diri-mu untuk melalui semua ini sendirian".


Bahan Perenungan :

Pada cerita di atas, mungkin kita melihat bahwa pemuda tersebut begitu arogan, begitu bangga dan kagum akan diri dan setiap pencapaian yang ia peroleh. Namun begitulah kita, sering kali kita seperti pemuda tersebut. Sering kali kita berlaku arogan terhadap orang lain dan menganggap orang lain yang tidak mampu menjadi seperti kita sebagai seorang yang gagal. Kita juga sering kali menyakini bahwa setiap pencapaian yang kita peroleh adalah berkat dan usaha dari diri kita sendiri  yang rajin, giat, pantang menyerah, dsb.

Sadarilah, bahwa setiap pencapaian di dalam diri dan hidup kita adalah berkat dari pada Allah Bapa kita. Tanpa campur tangan dari Allah Bapa kita, kita tidaklah berdaya untuk melakukan segala sesuatunya, jangankan memperoleh pencapaian, memulai segala sesuatunya pun kita tidak akan mampu. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita selalu bersyukur kepada Allah Bapa kita, Allah Bapa yang selalu memampukan kita, Allah Bapa yang sungguh mengasihi dan mencintai kita.


Saat ini mungkin begitu banyak harapan dan keinginan di dalam diri kita. Jika demikian adanya, Yuk...Mari kita utarakan segala harapan dan keinginan kita tersebut dengan tulus hati melalui Doa dengan Iman dan Pengharapan yang baik. Namun, apabila saat ini kita telah memperoleh pencapaian, Yuk...Mari kita syukuri dengan menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan lebih mendekatkan diri kita kepada-Nya. 


"...let's do our best, and let allah do the rest..." ~ jostudh '86

Allah Bapa kita selalu berjalan bersama kita setiap saat dan mengusahakan segala sesuatu yang baik untuk diri dan hidup kita. ^_^

No comments:

Post a Comment