Kisah Seorang Anak Yang Buta Tuli

Alkisah ada seorang anak yang hidup berbahagia bersama dengan kedua orang tua yang begitu mencintai dan menyayangi-nya. Pada suatu hari, dalam perjalanan berlibur, mereka mengalami sebuah kecelakaan yang cukup dahsyat. Kecelakaan ini menyebabkan sang ibu meninggal dan sang anak tidak sadarkan diri. Sang ayah sungguh terpukul dan menyesali hal tersebut. Setelah beberapa bulan penantian, sang anak pun tersadar dari koma-nya, akan tetapi sang anak menjadi buta tuli. Mengetahui hal tersebut, sang ayah berjanji untuk menyertai sang anak setiap saat.

Pada suatu hari yang panas, sang anak meminta kepada sang ayah untuk diperbolehkan membeli es krim. Mengetahui keadaan sang anak yang sedang demam tinggi dan mengkonsumsi es krim hanya akan memperburuk keadaan sang anak, sang ayah hanya dapat diam mendengar rengekan sang anak karena tidak ada yang dapat diperbuat sang ayah meskipun sang ayah sangat ingin mengutarakan kepada sang anak alasan mengapa sang ayah tidak memberikan apa yang sang anak minta saat itu.

Pada suatu hari yang dingin, ketika sedang berjalan-jalan dengan sang ayah, sang anak berjalan mendekati sebuah tempat yang hangat. Mengetahui hal tersebut, sang ayah dengan sigap menarik sang anak dengan begitu kuatnya sehingga sang anak jatuh dan terluka. Sang anak pun menanggis. Melihat sang anak menanggis, sang ayah hanya dapat memeluk-nya tanpa bisa memberitahu bahwa sang ayah melakukan hal tersebut karena tempat hangat yang di tuju sang anak sungguh berbahaya bagi sang anak, yaitu sebuah gedung yang sedang terbakar hebat.

Pada suatu hari yang cerah, sang ayah mengambil liontin dari kalung yang dikenakan sang anak dan membuang-nya. Sang anak sangat marah kepada sang ayah karena liontin tersebut adalah liontin kesayangan-nya yang di berikan oleh sang ibu sewaktu sang anak berulang tahun. Sang ayah hanya dapat diam tanpa bisa memberikan penjelasan kepada sang anak bahwa sang ayah melakukan hal tersebut karena tidak menginginkan sang anak terluka karenanya. Sang ayah melihat bahwa liontin tersebut sudah berkarat dan bagian tajamnya dapat setiap saat melukai sang anak.

Bahan Perenungan :
Sang anak yang buta tuli adalah kita.
Sering kali kita seperti sang anak yang meminta untuk diperbolehkan membeli es krim kepada sang ayah, terus merengek akan apa yang kita inginkan. Sering kali juga kita seperti sang anak yang berjalan mendekati sebuah tempat yang hangat dan menyalahkan Bapa karena mengusik kenyamanan kita dan mungkin membuat kita terluka karenanya. Sering kali pula kita seperti sang anak yang marah ketika liontin kesayangan-nya diambil dan dibuang oleh sang ayah, kita sering kali marah dan menyalahkan Bapa ketika Bapa mengambil apa yang kita pikir adalah yang berharga bagi kita tanpa berusaha mengerti kenapa Bapa melakukan semua hal tersebut terhadap kita.

Mari...
Sadarilah bahwa kita memiliki seorang Bapa yang demikian mencintai dan menyayangi kita. Kita yang buta tuli, dengan kepekaan yang kita miliki, kita tetap dapat merasakan kehadiran dan penyertaan-Nya setiap saat, juga dalam setiap langkah kita.
Ketahuilah bahwa Bapa kita mengetahui apa yang terbaik bagi diri dan hidup kita. Oleh karena itu, apa pun keadaan kita saat ini baik sehat, sakit, senang, sedih, kecewa, terluka, merasa ditinggalkan, dsb. Bersyukur dan percayalah karena Bapa tidak pernah meninggalkan kita, rencana-Nya selalu indah buat hidup kita, buat setiap langkah yang kita ambil.

"...faith is to believe what we do not see and the rich reward of faith is to see what we believe..." ~ st. augustine

No comments:

Post a Comment